watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

TUKAR PASANGAN

Nama saya Dikky, saya berumur 28 tahun, baru
3 (tiga) bulan bekerja di suatu perusahaan asing
di Jakarta, atasan saya Mr. Richard Handerson,
berasal dari Amerika, kira-kira berumur 40
tahun. Dalam waktu singkat Rich demikian
teman-teman di kantor suka memanggilnya,
telah sangat akrab dengan saya, karena
kebetulan kami mempunyai hobi yang sama
yaitu bermain golf. Perusahaan tempat kami
bekerja adalah suatu perusahaan yang bergerak
dalam bidang advertising. Menurut cerita-cerita
teman-teman istri Richard, yang berasal dari
Amerika juga, sangat cantik dan badannya
sangat seksi, seperti bintang film Hollywood.
Aku sendiri belum pernah bertemu secara
langsung dengan istri Richard, hanya melihat
fotonya yang terletak di meja kerja Richard.
Suatu hari saya memasang foto saya berdua
denga Nina istri saya, yang berasal dari Bandung
dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya. Pada
waktu Richard melihat foto itu, secara spontan
dia memuji kecantikan Nina dan sejak saat itu
pula saya mengamati kalau Richard sering
melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke
ruang kerja saya.
Suatu hari Richard mengundang saya untuk
makan malam di rumahnya, katanya untuk
membahas suatu proyek, sekaligus untuk lebih
mengenal istri masing-masing.
“Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak
istrimu Nina juga, sekalian makan malam”.
“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.
“Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar
istri saling kenal gitu”.
“Okelah!”, kataku.
Sesampainya di rumah, undangan itu aku
sampaikan ke Nina. Pada mulanya Nina agak
segan juga untuk pergi, karena menurutnya
nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam
bahasa Inggris dengan mereka. Akan tetapi
setelah kuyakinkan bahwa Richard dan Istrinya
sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya
Nina mau juga pergi.
“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner
segala?”.
“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau
didiskusikan”.
“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia
tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan
gemas. Kalau melihat Nina, selalu gairahku
timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya
terurai panjang, dia selalu senam so.., punya
tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat
kencang.
Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen
Richard yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto.
Aku mengenakan kemeja batik, sementara Nina
memakai stelan rok dan kemeja sutera.
Rambutnya dibiarkan tergerai tanpa hiasan
apapun. Sesampai di Apertemen no.1009, aku
segera menekan bel yang berada di depan pintu.
Begitu pintu terbuka, terlihat seorang wanita bule
berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik,
dengan tinggi sedang dan berbadan langsing,
yang dengan suara medok menegur kami.
“Oh Dikky dan Nina yah?, silakan.., masuk..,
silakan duduk ya!, saya Lillian istrinya Richard”.
Ternyata Lillian badannya sangat bagus, tinggi
langsing, rambut panjang, dan lebih manis
dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja
Richard. Dengan agak tergagap, aku
menyapanya.
“Hallo Mam.., kenalin, ini Nina istriku”.
Setelah Nina berkenalan dengan Lillian, ia diajak
untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan
makan malam, sementara Richard mengajakku
ke teras balkon apartemennya.
“Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek
untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani
nggak kamu ngerjakan iklan itu”.
“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup
lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga
terlatih, ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.
Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas
untuk mengkordinir pembuatan iklan skala
besar.
Senyum Richard segera mengembang,
kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.
“Eh Dik.., gimana Lillian menurut penilaian
kamu?”, sambil bisik-bisik.
“Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku
dengan polos.
“Seksi nggak?”.
“Lha.., ya.., jelas dong”.
“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti
aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lillian untuk
kamu gimana?”.
Mendenger permintaan seperti itu terus terang
aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat
shock dan tergoncang. Rasanya kok aneh sekali
gitu. Sambil masih tersenyum-senyum, Richard
melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin
Nina dan Lillian pasti suka, soalnya nanti.., udah
deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya
serahkan pada saya.., aman kok!”.
Membayangkan tampang dan badan Lillian aku
menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku
bisa menunggangi kuda putih? Paling-paling
selama ini hanya bisa membayangkan saja pada
saat menonton blue film. Tapi dilain pihak kalau
membayangkan Nina dikerjain si bule ini, yang
pasti punya senjata yang besar, rasanya kok
tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa
menentukan sikap, Richard telah melanjutkan
dengan pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong
Nina sukanya kalo making love style-nya gimana
sih?”.
Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah
ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang
aneh-aneh, maklum saja gadis pingitan dan
pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia
akan sangat terangsang!”.
“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan
menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita
terpancar dari situ.., itu membuat saya sangat
terangsang!”, kata Richard.
“Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy
style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.
Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga,
belum-belum sudah terasa ngilu di bagian
bawahku membayangkan senjataku diisap
mulut mungil Lillian itu.
Kemudian lanjut Richard meyakinkanku, “Oke
deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur.
Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana
ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam
soal seks.., jadi setuju aja”.
“Nanti minuman Nina aku kasih bubuk
penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani..,
Oke.., yaa!”, saya agak terkejut juga, apakah
Richard akan memberikan obat perangsang dan
memperkosa Rina? Wah kalau begitu tidak rela
aku. Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan
juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu,
Richard cepat-cepat menambahkan, “Bukan obat
bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah
aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya,
“Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya,
Nina di sampingku”.
Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar.
Juga rencana Richard. Setelah makan malam
selesai kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi.
Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul
keringat halus, duduknya kelihatan tidak tenang,
soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak
gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar.
Melihat tanda-tanda itu, Richard mengedipkan
matanya pada saya dan berkata pada Nina,
“Nin.., mari duduk di depan TV saja, lebih dingin
di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Nina,
Richard segera berdiri, menarik kursi Nina dan
menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang
terletak di ruang tengah. Aku ingin mengikuti
mereka tapi Lillian segera memegang tanganku.
“Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan
bergabung dengan mereka kok”. Memang dari
ruang makan kami dapat dengan jelas
menyaksikan tangan Richard mulai bergerilya di
pundak dan punggung Nina, memijit-mijit dan
mengusap-usap halus. Sementara Nina kelihatan
makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit
menggeliat dan dari mulutnya terdengar
desahan setiap kali tangan Richard yang berdiri di
belakangnya menyentuh dan memijit
pundaknya.
Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang
yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang
tersebut, dapat terlihat langsung seluruh aktivitas
yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian
duduk di kursi panjang tersebut. Terlihat
tindakan Richard semakin berani, dari belakang
tangannya dengan trampil mulai melepaskan
kancing kemeja batik Nina hingga kancing
terakhir. BH Nina segera menyembul,
menyembunyikan dua bukit mungil
kebanggaanku dibalik balutannya. Kelihatan mata
Nina terpejam, badannya terlihat lunglai lemas,
aku menduga-duga, “Apakah Nina telah diberi
obat tidur, atau obat perangsang oleh Richard?,
atau apakah Nina pingsan atau sedang terbuai
menikmati permainan tangan Richard?”. Nina
tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari
keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan
cemburu berbarengan dengan gairah
menerpaku, melihat Nina seakan-akan
menyambut setiap belaian dan usapan Richard
dikulitnya dan ciuman nafsu Richardpun
disambutnya dengan gairah.
Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule
terhadap istriku, maka karena merasa kepalang
tanggung, aku juga tidak mau rugi, segera
kualihkan perhatianku pada istri Richard yang
sedang duduk di sampingku. Niat untuk
merasakan kuda putih segera akan terwujud dan
tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok
Lillian, terasa bukit kemaluannya sudah basah,
mungkin juga telah muncul gairahnya melihat
suaminya sedang mengerjai wanita mungil.
Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu
masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut
jari tengahku menekan clitorisnya. Desahan
lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu,
“aahh.., aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang,
sementara tangannya meremas-remas
payudaranya sendiri.
Sementara itu di ruang sebelah, Richard telah
meningkatkan aksinya terhadap Nina, terlihat
Nina telah dibuat polos oleh Richard dan
terbaring lunglai di sofa. Badan Nina yang
ramping mulus dengan buah dadanya tidak
terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya yang
rata dan kedua bongkahan pantatnya yang
terlihat mulus menggairahkan serta gundukan
kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-
rambut halus yang terletak diantara kedua paha
atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap
menerima serangan-serangan selanjutnya dari
Richard. Kemudian Richard menarik Nina berdiri,
dengan Richard tetap di belakangnya, kedua
tangan Richard menjelajahi seluruh lekuk dan
ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi
wajah Nina, yang dengan matanya yang
setengah terpejam dan dahinya agak berkerut
seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian
yang melanda seluruh tubuhnya dengan
mulutnya yang mungil setengah terbuka,
menunjukan Nina menikmati benar permainan
dari Richard terhadap badannya itu, apalagi ketika
jemari Richard berada di semak-semak
kewanitaannya, sementara tangan lain Richard
meremas-remas puting susunya, terlihat seluruh
badan Nina yang bersandar lemas pada badan
Richard, bergetar dengan hebat.
Saat itu juga tangan Lillian telah membuka zipper
celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan
terus berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk
memudahkan aksinya aku berdiri di
hadapannya, dengan melepaskan bajuku sendiri.
Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya
dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus
seputih susu, payudaranya padat dan kencang,
dengan putingnya yang berwarna coklat muda
telah mengeras, yang terlihat telah mencuat ke
depan dengan kencang. Aku menyadari, kalau
diadu besarnya senjataku dengan Richard, tentu
aku kalah jauh dan kalau aku langsung main
tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas,
jadi cara permainanku harus memakai teknik
yang lain dari lain. Maka sebagai permulaan
kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata
hingga tiba di lembah diantara kedua pahanya
mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya
dengan lidahku.
Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan
kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku
adalah vaginanya yang telah basah. Lidahku
segera menari-nari di permukaan dan di dalam
lubang vaginanya. Menjilati clitorisnya dan
mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian
berteriak-teriak keenakan dengan suara keras, ”
Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara
tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan
tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku terus
melakukan gerakan meremas-remas di sekitar
payudaranya. Pada saat bersamaan suara Nina
terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah,
“Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti
orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang
diperbuat Richard pada istriku, sehingga dia bisa
berdesah seperti itu. Nina sekarang telah
telentang di atas sofa, dengan kedua kakinya
terjulur ke lantai dan Richard sedang berjongkok
diantara kedua paha Nina yang sudah terpentang
dengan lebar, kepalanya terbenam diantara
kedua paha Nina yang mulus. Bisa kubayangkan
mulut dan lidah Richard sedang mengaduk-aduk
kemaluan Nina yang mungil itu. Terlihat badan
Nina menggeliat-geliat dan kedua tangannya
mencengkeram rambut Richard dengan kuat.
Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lillian
yang badannya terus menggerinjal-gerinjal
keenakan dan dari mulutnya terdengar erangan,
“Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-
desahan nafsu yang semakin menegangkan
otot-otot penisku. “Aahh.., Dik.., akuu..,
aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan
keras pinggul Lillian menekan ke mukaku, kedua
pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan
tubuhnya menegang terguncang-guncang
dengan hebat dan diikuti dengan cairan hangat
yang merembes di dinding vaginanya pun
semakin deras, saat ia mencapai organsme.
Tubuhnya yang telah basah oleh keringat
tergolek lemas penuh kepuasan di sofa.
Tangannya mengusap-usap lembut dadaku
yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang
sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh.
Ketika aku menengok ke arah Richard dan istriku,
rupanya mereka telah berganti posisi. Nina kini
telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat
menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada
tepi sofa, punggung Nina bersandar pada
sandaran sofa, sehingga dia bisa melihat dengan
jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang
menjadi sasaran tembak Richard. Richard
mengambil posisi berjongkok di lantai diantara
kedua paha Nina yang telah terpentang lebar.
Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata
Richard yang terletak diantara kedua pahanya
yang berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat
besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan
lingkaran yang kurang lebih 6 cm dan pada
bagian kepala penisnya membulat besar
bagaikan topi baja tentara saja.
Terlihat Richard memegang penis raksasanya itu,
serta di usap-usapkannya di belahan bibir
kemaluan Nina yang sudah sedikit terbuka,
terlihat Nina dengan mata yang terbelalak melihat
ke arah senjata Richard yang dahsyat itu, sedang
menempel pada bibir vaginanya. Kedua tangan
Nina kelihatan mencoba menahan badan Richard
dan badan Nina terlihat agak melengkung,
pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk
mengurangi tekanan penis raksasa Richard pada
bibir vaginanya, akan tetapi dengan tangan
kanannya tetap menahan pantat Nina dan tangan
kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap
berada pada bibir kemaluan Nina, sambil
mencium telinga kiri Nina, terdengar Richard
berkata perlahan, “Niinn.., maaf yaa.., saya mau
masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nini
hanya menggeleng-geleng kekiri kekanan saja,
entah apa yang mau dikatakannya, dengan
pandangannya yang sayu menatap ke arah
kemaluannya yang sedang didesak oleh penis
raksasa Richard itu dan mulutnya terkatup rapat
seakan-akan menahan kengiluan.
Richard, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera
menekan penisnya ke dalam lubang vagina Nina
yang telah basah itu, biarpun kedua tangan Nina
tetap mencoba menahan tekanan badan Richard.
Mungkin, entah karena tusukan penis Richard
yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya
yang over size, langsung saja Nina berteriak
kecil, “Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”,
terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah
yang agak meringis, mungkin menahan rasa
kesakitan. Kedua kaki Nina yang mengangkang
itu terlihat menggelinjang. Kepala penis Richard
yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam
kemaluan Nina, kedua bibir kemaluannya
menjepit dengan erat kepala penis Richard,
sehingga belahan kemaluan Nina terlihat terkuak
membungkus dengan ketat kepala penis Richard
itu. Kedua bibir kemaluan Nina tertekan masuk
begitu juga clitoris Nina turut tertarik ke dalam
akibat besarnya kemaluan Richard.
Richard menghentikan tekanan penisnya, sambil
mulutnya mengguman, “Maaf.., Nin.., saya
sudah menyakitimu.., maaf yaa.., Niin!”.
“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh..,
saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih..,
sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.
Nina mencoba menjawab dengan badannya
terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan
kedua tangannya di pungung Richard.
“Niinn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan
tolong katakan yaa.., kalau Nina masih merasa
sakit”, sahut Richard dan tanpa menunggu
jawaban Nina, segera saja Richard melanjutkan
penyelaman penisnya ke dalam lubang vagina
Nina yang tertunda itu, tetapi sekarang
dilakukannya dengan lebih pelan pelan.
Ketika kepala penisnya telah terbenam
seluruhnya di dalam lubang kemaluan Nina,
terlihat muka Nina meringis, tetapi sekarang tidak
terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya
kedua bibirnya terkatup erat dengan bibir
bawahnya terlihat menggetar.
Terdengar Richard bertanya lagi, “Niinn.., sakit..,
yaa?”, Nina hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya, sambil kedua tangannya meremas
bahu Richard dan Richard segera kembali
menekan penisnya lebih dalam, masuk ke dalam
lubang kemaluan Nina.
Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu
menguak dan menerobos masuk ke dalam
sarangnya. Ketika penis Richard telah terbenam
hampir setengah di dalam lubang vagina Nina,
terlihat Nina telah pasrah saja dan sekarang
kedua tangannya tidak lagi menolak badan
Richard, akan tetapi sekarang kedua tangannya
mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa.
Richard menekan lebih dalam lagi, kembali
terlihat wajah Nina meringis menahan sakit dan
nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar,
tetapi karena Nina tidak mengeluh maka Richard
meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba
saja, “Blees”, Richard menekan seluruh berat
badannya dan pantatnya menghentak dengan
kuat ke depan memepetin pinggul Nina rapat-
rapat pada sofa.
Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan
panjang dari mulut Nina, “Aduuh”, sambil kedua
tangannya mencengkeram tepi sofa dengan kuat
dan badannya melengkung ke depan serta kedua
kakinya terangkat ke atas menahan tekanan penis
Richard di dalam kemaluannya. Richard
mendiamkan penisnya terbenam di dalam
lubang vagina Nina sejenak, agar tidak
menambah sakit Nina sambil bertanya lagi,
“Niinn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar
lagi akan terasa nikmat!”, Nina dengan mata
terpejam hanya menggelengkan kepalanya
sedikit seraya mendesah panjang, “aagghh..,
kit!”, lalu Richard mencium wajah Nina dan
melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat
Richard bergerak dengan cepat naik turun,
sambil badannya mendekap tubuh mungil Nina
dalam pelukannya.
Tak selang lama kemudian terlihat badan Nina
bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar
keluhan panjang, “Aaduuh.., oohh.., sshh..,
sshh”, kedua kaki Nina bergetar dengan hebat,
melingkar dengan ketat pada pantat Richard,
Nina mengalami orgasme yang hebat dan
berkepanjangan. Selang sesaat badan Nina
terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap
melingkar pada pantat Richard yang masih tetap
berayun-ayun itu.
aah, suatu pemandangan yang sangat erotis
sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang
diikuti oleh penaklukan disatu pihak dan
penyerahan total dilain pihak.
“Dik.., ayo aku mau kamu”, suara Lillian penuh
gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lillian sama
dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku
yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya
kemaluan Lillian masih rapet saja, aku merasakan
adanya jepitan dari dinding vagina Lillian pada
saat rudalku hendak menerobos masuk.
“Lill.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan
sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu
menerobos liang vaginanya. “Aagghh”, mata
Lillian terpejam, sementara bibirnya digigit. Tapi
ekspresi yang terpancar adalah ekspresi
kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan
penisku dengan gerakan keluar masuk di liang
vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lillian
setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku
semakin bersemangat dan makin kupercepat
gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang
kemaluannya semakin licin oleh pelumas
vaginanya.
“Ahh.., ahh”, Lillian makin keras teriakannya.
“Ayo Dik.., terus”.
“Enakk.., eemm.., mm!”.
Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan
panjang, “Uuhh..hh..” “Lill.., boleh di dalam..,
yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat
aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.
“mm..”.
Kaki Lillian kemudian menjepit pinggangku
dengan erat, sementara aku semakin
mempercepat gerakan sodokan penisku di
dalam lubang kemaluannya. Lillian juga
menikmati remasan tanganku di buah dadanya.
“Nih.., Lill.., terima yaa”.
Dengan satu sodokan keras, aku dorong
pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku
memeluk badan Lillian dengan erat dan penisku
terbenam seluruhnya di dalam lubang
kemaluannya dan saat bersamaan cairan maniku
menyembur keluar dengan deras di dalam
lubang vagina Lillian. Badanku tehentak-hentak
merasakan kenikmatan orgasme di atas badan
Lillian, sementara cairan hangat maniku masih
terus memenuhi rongga vagina Lillian, tiba-tiba
badan Lillian bergetar dengan hebat dan kedua
pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya
diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya,
“..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Lillian juga
mengalami orgasme dengan dahsyat.
Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang
hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih
berpelukan erat satu sama lain. Dari pancaran
sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat
dan puas akan apa yang baru kami alami. Aku
kemudian mencabut senjataku yang masih
berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lillian.
Dengan isyarat agar ia menjilati senjataku hingga
bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat
menjilati penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan
kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan
diri di samping Lillian.
Kini kami menyaksikan bagaimana Richard
sedang mempermainkan Nina, yang terlihat
tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya
dikerjain Richard, yang terlihat masih tetap
perkasa saja. Gerakan Richard terlihat mulai
sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang
pernah dia perlihatkan. Mulai saat ini Richard
mengerjai Nina dengan sangat brutal dan kasar.
Nina benar-benar dipergunakan sebagai objek
seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Richard
menyakiti Nina, tetapi dilihat dari ekspressi muka
dan gerakan Nina ternyata tidak terlihat tanda-
tanda penolakan dari pihak Nina atas apa yang
dilakukan oleh Richard terhadapnya.
Richard mencabut penisnya, kemudian dia
duduk di sofa dan menarik Nina berjongkok
diantara kedua kakinya, kepala Nina ditariknya ke
arah perutnya dan memasukkan penisnya ke
dalam mulut Nina sambil memegang belakang
kepala Nina, dia membantu kepala Nina bergerak
ke depan ke belakang, sehingga penisnya
terkocok di dalam mulut Nina. Kelihatan Nina
telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa
menuruti apa yang diingini oleh Richard, hal ini
dilakukan Richard kurang lebih 5 menit lamanya.
Richard kemudian berdiri dan mengangkat Nina,
sambil berdiri Richard memeluk badan Nina erat-
erat. Kelihatan tubuh Nina terkulai lemas dalam
pelukan Richard yang ketat itu. Tubuh Nina
digendong sambil kedua kaki Nina melingkar
pada perut Richard dan langsung Richard
memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Nina.
Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Nina
terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa
Richard menerobos masuk ke dalam lubang
kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan,
“aagghh!”, Nina terlihat seperti anak kecil dalam
gendongan Richard. Kaki Nina terlihat merangkul
pinggang Richard, sedangkan berat badannya
disanggah oleh penis Richard. Richard berusaha
memompa sambil berdiri dan sekaligus
mencium Nina. Pantat Nina terlihat merekah dan
tiba-tiba Richard memasukkan jarinya ke lubang
pantat Nina. “Ooohh!”. Mendapat serangan yang
demikian serunya dari Richard, badan Nina
terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan
Richard. Suatu pemandangan yang sangat seksi.
Ketika Richard merasa capai, Nina diturunkan dan
Richard duduk pada sofa. Nina diangkat dan
didudukan pada pangkuannya dengan kedua
kaki Nina terkangkang di samping paha Richard
dan Richard memasukkan penisnya ke dalam
lubang kemaluan Nina dari bawah. Dari ruang
sebelah saya bisa melihat penis raksasa Richard
memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan
Nina yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi
sangat lebar dan penis Richard menyentuh paha
Nina. Kedua tangan Richard memegang
pinggang Nina dan membantu Nina memompa
penis Richard secara teratur, setiap kali penis
Richard masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke
dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir
vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat
vaginanya mengembang dan menjepit penis
Richard. Mereka melakukan posisi ini cukup
lama.
Kemudian Richard mendorong Nina tertelungkup
pada sofa dengan pantat Nina agak menungging
ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai.
Richard akan bermain doggy style. Ini
sebenarnya adalah posisi yang paling disukai
oleh Nina. Dari belakang pantat Nina, Richard
menempatkan penisnya diantara belahan pantat
Nina dan mendorong penisnya masuk ke dalam
lubang vagina Nina dari belakang dengan sangat
keras dan dalam, semua penisnya amblas ke
dalam vagina Nina. Jari jempol tangan kiri
Richard dimasukkan ke dalam lubang pantat.
Nina setengah berteriak, “aagghh!”, badannya
meliuk-liuk mendapat serangan Richard yang
dahsyat itu. Badan Nina dicoba ditarik ke depan,
tapi Richard tidak mau melepaskan, penisnya
tetap bersarang dalam lubang kemaluan Nina
dan mengikuti arah badan Nina bergerak.
Nina benar-benar dalam keadaan yang sangat
nikmat, desahan sudah berubah menjadi
erangan dan erangan sudah berubah menjadi
teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Richard
mencapai payudara Nina dan mulai meremas-
remasnya. Tak lama kemudian badan Nina
bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram
dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar,
“Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Nina mencapai
orgasme lagi, saat bersamaan Richard
mendorong habis pantatnya sehingga
pinggulnya menempel ketat pada bongkahan
pantat Nina, penisnya terbenam seluruhnya ke
dalam kemaluan Nina dari belakang. Sementara
badan Nina bergetar-getar dalam orgasmenya,
Richard sambil tetap menekan rapat-rapat
penisnya ke dalam lubang kemaluan Nina,
pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar
sehingga penisnya yang berada di dalam lubang
vagina Nina ikut berputar-putar mengebor liang
vagina Nina sampai ke sudut-sudutnya.
Setelah badan Nina agak tenang, Richard
mencabut penisnya dan menjilat vagina Nina
dari belakang. Vagina Nina dibersihkan oleh lidah
Richard. Kemudian badan Nina dibalikkannya dan
direbahkan di sofa. Richard memasukkan
penisnya dari atas, sekarang tangan Nina ikut
aktif membantu memasukkan penis Richard ke
vaginanya. Kaki Nina diangkat dan dilingkarkan
ke pinggang Richard. Richard terus menerus
memompa vagina Nina. Badan Nina yang
langsing tenggelam ditutupi oleh badan Richard,
yang terlihat oleh saya hanya pantat dan lubang
vagina yang sudah diisi oleh penis Richard.
Kadang-kadang terlihat tangan Nina meraba dan
meremas pantat Richard, sekali-kali jarinya di
masukkan ke dalam lubang pantat Richard.
Gerakan pantat Richard bertambah cepat dan
ganas memompa dan terlihat penisnya yang
besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam
lubang vagina Nina, tiba-tiba, “Ooohh.., oohh!”,
dengan erangan yang cukup keras dan diikuti
oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Richard
menekan habis pantatnya dalam-dalam,
mememetin pinggul Nina ke sofa, sehingga
penisnya terbenam habis ke dalam lubang
kemaluan Nina, pantat Richard terkedut-kedut
sementara penisnya menyemprotkan
spermanya di dalam vagina Nina, sambil kedua
tangannya mendekap badan Nina erat-erat. Dari
mulut Nina terdengar suara keluhan, “Sssh..,
sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut
semprotan cairan panas di dalam liang
vaginanya.
Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit,
Richard kemudian merebahkan diri di atas badan
Nina yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan
penisnya dari vagina Nina. Nina melihat ke saya
dan memberikan tanda bahwa yang satu ini
sangat nikmat. Aku tidak bisa melihat ekspresi
Richard karena terhalang olah tubuh Nina. Yang
jelas dari sela-sela selangkangan Nina mengalir
cairan mani. Kemudian Ninapun seperti
kebiasaan kami membersihkan penis Richard
dengan mulutnya, itu membuat Richard
mengelinjang keenakan. Malam itu kami pulang
menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak
terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde
lagi dengan pasangan itu.


Adult | GO HOME | Exit
1/1651
U-ON

inc Powered by Xtgem.com